KedaiPena.Com – Langkah pemerintah yang terus menggenjot infrastruktur dalam beberapa tahun terakhir, tidak dibarengi dengan kondisi BUMN Krakatau Steel yang sampai saat ini masih terseok-seok.
Peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI), Salamuddin Daeng menilai, jika penyebab dari masalah itu
lantaran produk dalam negeri sudah lama kalah bersaing dengan industri besi baja luar negeri.
“Mereka bisa menjual besi baja ke Indonesia jauh di bawah harga rata-rata dalam negeri. Mereka bisa menjual dibawah harga pokok produksi dalam negeri,” ucap Daeng begitu dirinya disapa, Rabu, (29/9/2021).
Ia menuturkan, saingan utama besi baja Indonesia yaitu China, India dan Korea yang mampu menguasai pasar Indonesia. Padahal, Indonesia memiliki Krakatau Steel yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang besi baja.
“Sungguh aneh memang perusahaan besi baja India dan China serta Korea bisa produksi besi baja murah, padahal mereka membeli batu bara dari Indonesia untuk memproduksi barang barang tersebut. Sungguh menyakitkan bagi Indonesia justru kalah telak,” katanya.
Ia juga melihat, saat ini Krakatau Steel lebih fokus mengejar aspek keuangan melalui pembentukan holding dan sub holding serta IPO dalam rangka memburu di pasar sekunder.
“Dalam rangka sub holding, sub holding dan privatisasi melalui IPO. Presiden hanya ikut para menterinya,” imbuhnya.
Ia pun memandang, Krakatau Steel, tidak akan sanggup untuk bersaing dengan perusahaan besi baja asal China, Korea bahkan India.
“Selain itu Krakatau tidak akan memiliki kemampuan menguasai pasar dalam negeri, kecuali pemerintah menaikkan bea masuk besi baja impor,” ujarnya.
Ia pun berharap, agar ke depannya pemerintah tidak menjual Krakatau Steel kepada pihak asing maupun swasta.
Hal ini, tegas dia, lantaran banyaknya minat perusahaan kelas dunia untuk menguasai pasar besi baja Indonesia.
“Pemerintah jangan menjual Krakatau Steel ke asing atau ke swasta, pemerintah menetapkan bea masuk besi baja dari luar, dan Pemerintah harus membersihkan Krakatau Steel dari pengaruh oligarki,” pungkasnya.
Laporan: Muhammad Lutfi