PANDEMI Covid-19 melanda seluruh penjuru dunia. Di Indonesia, sudah banyak korban yang berjatuhan.
Data terkini versi Gugus Tugas Penanganan Covid-19, pada 20 Mei 2020, terjadi lonjakan pasien positif sebanyak 693 orang. Total, kasus positif Covid-19 jadi 19.189 orang.
Sementara 4.575 pasien dinyatakan negatif virus corona setelah menjalani dua kali pemeriksaan. Namun, sudah ada 1.242 pasien Covid-19 yang dinyatakan meninggal dunia.
Dari rakyat biasa sampai tenaga medis pun ikut menjadi korban. Tak kenal status sosial, artis, pejabat publik dan warga sipil pun terinfeksi.
Sudah lebih sebulan Pemerintah menerapkan pembatasan sosial berskala besar atau PSBB.
Tapi nampaknya PSBB tidak mempengaruhi penyebaran virus Covid-19, bahkan korban positif setiap harinya selalu bertambah.
Nampaknya PSBB yang diterapkan oleh pemerintah tidak dihiraukan oleh masyakarat Indonesia. Imbauan ‘social distancing’, ‘phycisal distancing’, larangan mudik dicueki.
Sampai dokter dan tenaga media pun pasrah dengan keadaan seperti ini. Tanda pagar #IndonesiaTerserah #sukasukakaliansaja jadi viral.
Pemerintah pusat bukannya menunjukkan kewibawaan malah terkesan ikut angin, memberi kelonggaran PSBB.
Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto pada 18 Mei 2020 mengatakan, ke depan tidak akan ada lagi pengumuman orang-orang yang positif Covid-19 lagi.
Begitupun juga Presiden Jokowi, yang angkat bicara, harus hidup damai dengan Covid-19. Bahkan sampai WHO pun demikian. Karena melihat Covid-19 susah untuk dihilangkannya, karena belum ditemukan vaksinnya sampai saat ini.
Sementara kalangan menilai Jokowi akan segera menerapkan ‘new normal‘. ‘New normal‘ sendiri ialah kondisi virus masih ada, vaksin belum ditemukan. Namun perilaku disiplin dari masyarakat terhadap protokol keselamatan dan kesehatan membuat penyebarannya menjadi melambat, sehingga sistem perawatan rumah sakit bisa menangani jumlah pasien yang ada dengan baik.
Ada juga yang menganggap Jokowi condong ke ‘herd immunity‘, di mana kondisi ketika sebagian besar kelompok atau populasi manusia kebal terhadap suatu penyakit karena sudah pernah terpapar dan sembuh dari penyakit tersebut.
Istilah ini mulai dikenal oleh publik setelah pandemi virus Corona penyebab Covid-19 mewabah di Indonesia. Meski dinilai bisa menghambat penyebaran virus, namun strategi ini dapat memakan korban dalam jumlah besar.
Untuk mencapai herd immunity, setidaknya 70 persen dari populasi harus terinfeksi terlebih dahulu. Apabila penduduk Indonesia dianggap sebanyak 270 juta, maka sedikitnya 189 juta harus terinfeksi untuk mendapatkan herd immunity.
Kemudian, dari angka tersebut kemungkinan orang yang meninggal bisa mencapai satu juta orang.
Semoga Jokowi bisa bijak. Karena tidak ada yang lebih berharga daripada nyawa, sekalipun itu pertumbuhan ekonomi yang meroket.
Oleh Trianto, Mahasiswa Universitas Pamulang (Unpam)