KedaiPena.com – Melonjaknya harga gula dan disertai dengan kelangkaan di beberapa titik penjualan, dinyatakan sebagai dampak dari penurunan cadangan gula dan belum masuknya musim giling. Ditambah, dengan impor gula yang mandek.
Sekretaris Badan Pangan Nasional (Bapanas), Sarwo Edhy menyampaikan saat ini realisasi impor gula memang baru mencapai 50,25 persen atau sebanyak 220.750 ton yang terdiri dari 220.750 Gula Kristal Mentah (GKM) dan 31.590 ton Gula Kristal Putih (GKP).
“Sementara yang terdistribusi baru 108.249 ton dan untuk pembongkaran ada 17.000 ton di Jakarta dan 14.590 ton di Sumatra Utara,” kata Sarwo dalam Rakor Inflasi, Senin (29/4/2024).
Ia menyebutkan, secara total, Kementerian Perdagangan (Kemendag) telah memberikan izin impor sebanyak 439.316 ton GKm dan 40 ribu ton GKP kepada 8 pabrik gula. Tapi yang sudah menjalankan penugasan impor tersebut baru 4 parik gula yaitu PT Adikarya Gemilang, PT Industri Gula Nusantara, PT Kebun Tebu Mas dan PT Rejoso Indo.
Ia juga mengakui sebab naiknya harga gula konsumsi dipasar lantaran banyak pabrik gula yang belum memasuki masa giling atau produksi.
Tercatat, saat ini baru tiga pabrik gula yang memulai produksi yaitu PT Industri Gula Nusantara, PT Kebun Tebu Mas dan PT Rejoso Manis Indo dengan total distribusi 108.249 ton.
Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan harga gula pasir masih cenderung naik hingga minggu keempat (M4) April 2024 jika dibandingkan bulan sebelumnya.
Jumlah kabupaten/kota yang mengalami kenaikan harga gula pasir juga meningkat pada M4 mencapai 198 kabupaten/kota dengan rata-rata harga di atas harga acuan pemerintah yaitu Rp 18.102/kg.
“Memang kalau kita lihat dimana saja, baru di 55 persen kabupaten/kota di Indonesia yang mengalami kenaikan,” kata Amalia.
Laporan: Ranny Supusepa