KedaiPena.Com- Politikus PKS Mardani Ali Sera mengaku lebih ingin menjadi oposisi ketimbang bergabung dengan pemerintahan presiden dan wakil presiden terpilih Prabowo Subianto dan Gibran Rakabumg Raka lima tahun ke depan.
Hal itu disampaikan Mardani Ali Sera merespons penolakan Partai Gelora soal bergabungnya PKS ke dalam pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Penolakan halus Mardani sendiri disampaikan melalui unggahan di akun Instagram pribadinya @mardanialisera bersama istrinya yang juga kader PKS Siti Oniah, Senin (29/4/2024).
“Kalau saya, oposisi, sehat kok, sekalian kita jaga pemerintah biar betul-betul bekerja buat rakyat,” kata Mardani.
Mardani sendiri dalam akun Instagram pribadi miliknya sempat menanyakan soal sikap PKS ke depan. Mardani bertanya kepada istrinya yang juga kader PKS Siti Oniah.
“Oposisi apa koalisi? Ha-ha-ha,” tanya Mardani ke istrinya.
Siti pun menjawab Mardani. Dia menyindir Partai Gelora yang perolehan suara pilegnya tak mencapai Parliamentary Threshold sebesar 4 persen, sehingga tak lolos ke DPR.
“Aduh ya, dengar berita yang menolak PKS untuk koalisi. Aduh, terima kasih ya, itu partai apa ya? Nggak lolos PT gitu loh, masyaallah tabarakallah. Nol koma sekian loh,” kata Siti.
Menurut dia, proposal yang dimiliki PKS dan Ketua Umum Partai Gelora Anis Matta berbeda. miliki PKS dan Ketum Partai Gelora Anis Matta berbeda.
“Proposalnya kita sama Mas Anis beda, dan visinya beda,” kata dia.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Mahfuz Sidik mengatakan, pihaknya menolak bila Partai Keadilan Sejahtera (PKS) bergabung ke Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang mengusung pemerintahan Presiden dan Wakil Presiden terpilih Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Menurut dia, PKS dalam proses pencalonan Prabowo-Gibran kerap menyerang keduanya, sehingga tak elok bila mereka masuk ke dalam koalisi.
“Seingat saya selama proses kampanye, di kalangan PKS banyak muncul narasi sangat ideologis dalam menyerang sosok Prabowo-Gibran,” kata Mahfuz dalam keterangannya, Minggu (28/4/2024).
“Jika sekarang PKS mau merapat karena alasan proses politik sudah selesai, apa segampang itu PKS bermain narasi ideologisnya? Apa kata pendukung fanatiknya? Sepertinya ada pembelahan sikap antara elite PKS dan massa pendukungnya,” ujarnya.
Laporan: Muhammad Lutfi