KedaiPena.Com – Publik dikejutkan dengan sikap sejumlah kepala daerah yang menyatakan dukungan kepada pasangan Joko Widodo (Jokowi)-Ma’ruf Amin pada Pilpres 2019.
Hal tersebut lantaran dukungan hadir dari kepala daerah yang diusung oleh partai yang berseberangan dengan Jokowi selama ini.
Seperti Lukas Enembe dan TGB yang berasal dari Demokrat, Irwan Prayitno yang berasal dari PKS, Khofifah yang ikut diusung Demokrat pada Pilkada serentak 2018, serta Wahidin Halim yang juga diusung Demokrat pada Pilkada serentak 2017.
Atau Zulkiflimansyah, Gubernur terpilih NTB yang menyatakan sikap sama, meski PKS telah membantah. Kemudian Gubernur Maluku Utara yang merupakan politisi PKS Abdul Gani Kasuba juga bakal mendukung pasangan petahana Joko Widodo (Jokowi)-Ma’ruf Amin di Pilpres 2019.
Dukungan tersebut juga menambah daftar panjang nama-nama kepala daerah yang memang dipastikan mendukung Jokowi-Ma’ruf seperti Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Laiskodat, Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah.
Belum lagi Gubernur Sulawesi Tenggara Ali Mazi, Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji serta Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
Banyaknha dukungan kepala daerah tersebut telah memunculkan sebuah persepsi bahwa pasangan Prabowo-Sandi sedianya sudah kalah jika melihat dari peta dukungan para kepala daerah.
Pengamat Politik dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedillah Badrun mengakui bahwa memang ada ‘kesan’ yang diciptakan dari banyak dukungan kepala daerah kepada pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin.
Dukungan tersebut, lanjut Ubed begitu ia disapa memang memciptakan kesan bahwa pasangan Prabowo-Sandiaga Uno sedianya telah kalah bertanding sebelum dimulainya laga.
“Tapi ini baru efek permulaan psikologis saja. Iya itu untuk menciptakan kesan Prabowo-Sandi kalah,†ujar Ubed dalam perbincangan dengan KedaiPena.Com, Senin (17/9/2018).
Namun demikian, kata Ubed, saat ini masih sangat sulit membuat kesimpulan untuk memastikan siapa yang bakal jadi pemenang pilpres 2019.
Sebab faktor-faktor kemenangan yang dijadikan pijakan kesimpulan prediksi masih belum terbaca secara akurat.
“Akurasi prediksi itu hanya bisa dilakukan sekitar sepekan sebelum pemilihan umum 2019. Belum ada riset yang valid tentang itu, dampaknya belum bisa dibaca, jadi belum ada dampak yang meyakinkan,†imbuh Ubed.
Ubed menambahkan, yang menjadi pekerjaan rumah (PR) dari sejumlah dukungan kepala daerah tersebut ialah kepastian apakah sikap politik Gubernur akan diikuti oleh rakyatnya.
“Karena dalam sejarah pilpres tidak ada jaminan itu terjadi, baik kubu Jokowi maupun kubu Prabowo,†jelas Ubed.
Sementara Pengamat Politik dari LIPI, Siti Zuhro mengatakan, banyaknya dukungan kepala daerah kepada pasanganya Jokowi-Ma’ruf belum tentu akan membuat Prabowo-Sandi kalah.
“Kalau koalisinya elitis dan tak diikuti oleh koalisi di grass root, maka tak ada maknanya. Pengalaman empirik selama ini menunjukkan bahwa sebesar apapun koalisi elitis yang dibangun kalau tak diikuti koalisi rakyat, tak akan menjamin kemenangan calon yang didukung,†ujar Siti saat dihubungi oleh KedaiPena secara terpisah.
Siti mengingatkan kepada para kepala daerah bahwa seusai Pilkada semestinya mereka dapat fokus ke tugas pokok fungsinya sebagai kepala daerah.
“Bukannya jadi tim sukses, meskipun payung hukum tak mengatur itu,†beber Siti.
Sementara itu, Ketua DPP Partai Gerindra Sodik Mudjahid mengaku tidak resah dengan dukungan yang diberikan oleh kepala daerah kepada pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin. Sodik mengatakan pihaknya mempunyai cara tersendiri untuk menang.
“Tidak khawatir. Kita punya cara sendiri dan tahu persis peta di lapangan,†ungkap Sodik kepada KedaiPena.com.
Tak hanya itu, Sodik meyakini, para kepala daerah tersebut tidak melawati koridor -koridor peraturan sekalipun dipastikan mendukung Jokowi-Ma’ruf.
“Kita tahu persis hak dan kewajiban gubernur serta larangan dan izin gubernur  dalam mendukung capres,†pungkas Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI ini.
Laporan: Muhammad Hafidh